Jenis Pakan Ternak Jangkrik

Jenis Pakan Ternak Jangkrik

Strategi Pemasaran Produk Jangkrik

Dalam usaha ternak jangkrik, memiliki produk berkualitas tinggi tidak cukup. Penting juga untuk merancang dan menerapkan strategi pemasaran yang efektif untuk menjangkau konsumen potensial dan mengoptimalkan penjualan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan.

Pertama, identifikasi pasar sasaran Anda. Jangkrik memiliki berbagai penggunaan, termasuk sebagai makanan hewan peliharaan seperti reptil dan burung, makanan ikan, dan bahkan sebagai sumber protein alternatif bagi manusia dalam bentuk tepung jangkrik. Identifikasi pelanggan potensial dan pasarkan produk Anda langsung kepada mereka.

Kedua, bangun reputasi untuk kualitas dan keberlanjutan. Konsumen saat ini lebih sadar dan peduli tentang bagaimana makanan mereka diproduksi. Pastikan untuk menekankan metode peternakan Anda yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta kualitas jangkrik yang Anda produksi.

Ketiga, gunakan media sosial dan digital marketing. Ini adalah cara yang efektif dan efisien untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Anda bisa menampilkan foto dan video proses peternakan Anda, memberikan pengetahuan tentang manfaat jangkrik, dan juga mempromosikan produk Anda.

Keempat, kembangkan kemitraan dengan bisnis lain. Anda bisa bekerja sama dengan pet shop, peternak ikan, atau restoran yang menyajikan makanan berbahan dasar serangga. Kemitraan ini tidak hanya dapat membantu memperluas jangkauan pasar Anda, tapi juga membuka peluang untuk kolaborasi yang saling menguntungkan.

Akhirnya, berikan layanan pelanggan yang luar biasa. Ini termasuk penanganan pesanan yang efisien, pengiriman yang cepat, dan respons yang cepat terhadap pertanyaan atau keluhan. Layanan pelanggan yang baik dapat menghasilkan pelanggan yang puas, yang kemudian bisa menjadi pelanggan setia dan bahkan merekomendasikan produk Anda kepada orang lain.

Menerapkan strategi pemasaran yang efektif dan inovatif dapat memastikan keberlanjutan dan keberhasilan bisnis peternakan jangkrik Anda.

Pemilihan dan Penyusunan Pakan Jangkrik yang Tepat

Dalam peternakan jangkrik, pakan memegang peran yang sangat penting. Pakan yang tepat tidak hanya memastikan pertumbuhan dan perkembangan jangkrik, tapi juga mempengaruhi tingkat reproduksi, kesehatan, dan kualitas produk yang dihasilkan.

Pakan jangkrik sebaiknya memiliki kandungan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang seimbang. Protein memegang peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan jangkrik, sementara karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi. Vitamin dan mineral juga dibutuhkan untuk mendukung fungsi fisiologis dan kesehatan jangkrik.

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ini, peternak dapat menyusun pakan jangkrik dari bahan-bahan seperti dedak, tepung ikan, ampas tahu, dan sayuran hijau. Bahan-bahan ini umumnya mudah didapatkan dan relatif murah. Namun, penting untuk diingat bahwa bahan pakan harus bebas dari pestisida atau bahan kimia lainnya yang berpotensi merugikan jangkrik.

Penyusunan pakan juga perlu mempertimbangkan tahap perkembangan jangkrik. Jangkrik muda atau nimfa membutuhkan pakan dengan kandungan protein lebih tinggi untuk mendukung pertumbuhan mereka, sedangkan jangkrik dewasa membutuhkan lebih banyak energi untuk proses reproduksi.

Pakan juga harus diberikan secara rutin dan konsisten. Pakan yang basah atau busuk harus segera dibuang untuk mencegah penyebaran penyakit. Peternak harus selalu memastikan ketersediaan pakan, namun tanpa menyebabkan sisa pakan yang berlebihan.

Jadi, pilihan dan penyusunan pakan yang tepat adalah salah satu faktor kunci dalam menghasilkan peternakan jangkrik yang sukses dan produktif. Dengan pemahaman yang baik tentang kebutuhan nutrisi jangkrik dan cara penyusunan pakan yang tepat, peternak dapat memastikan pertumbuhan, kesehatan, dan kualitas jangkrik yang optimal.

Manfaat dan Kegunaan Jangkrik dalam Industri

Jangkrik memiliki berbagai kegunaan dan manfaat yang membuat hewan ini menjadi salah satu pilihan utama dalam industri peternakan. Dalam skala global, jangkrik telah menjadi bahan makanan yang penting bagi banyak spesies hewan peliharaan, serta menjadi komponen penting dalam berbagai produk industri.

Jangkrik sering dijadikan pakan utama bagi berbagai jenis hewan peliharaan, terutama burung, reptil, dan amfibi. Kandungan protein yang tinggi pada jangkrik menjadikan mereka pilihan utama sebagai pakan bagi hewan peliharaan tersebut. Selain itu, jangkrik juga dikenal memiliki berbagai jenis mineral dan vitamin yang dibutuhkan oleh hewan peliharaan untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Di beberapa negara, jangkrik juga dimanfaatkan sebagai komponen dalam produk makanan, terutama dalam makanan yang digunakan oleh atlet atau orang yang menjalankan diet protein tinggi. Dalam bentuk tepung jangkrik, hewan ini diolah menjadi berbagai produk makanan seperti bar protein, roti, dan bahkan pasta.

Manfaat jangkrik juga merambah ke industri kosmetik. Kandungan antioksidan dan asam amino pada jangkrik membuat mereka menjadi bahan dasar yang efektif untuk produk kosmetik, terutama produk yang digunakan untuk mengencangkan dan melembutkan kulit.

Jangkrik juga sering digunakan dalam penelitian dan pengembangan, terutama dalam studi genetika dan biologi. Siklus hidup jangkrik yang singkat memungkinkan peneliti untuk mengamati berbagai fenomena genetik dan biologis dalam waktu yang relatif singkat.

Dengan berbagai manfaat dan kegunaan tersebut, tidak heran jika jangkrik menjadi salah satu pilihan utama dalam industri peternakan. Dengan pemahaman yang baik tentang cara beternak jangkrik, siapa pun dapat memanfaatkan peluang ini untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang signifikan.

Memilih Jangkrik Unggulan untuk Peternakan dalam Industri

Pilihan jangkrik yang tepat menjadi kunci utama suksesnya peternakan jangkrik. Ada beberapa jenis jangkrik yang menjadi favorit para peternak, baik karena alasan produktivitas, kualitas, maupun tingkat adaptasi terhadap lingkungan.

Jangkrik Almada atau sering disebut jangkrik Jawa adalah salah satu jenis jangkrik yang banyak diternakkan di Indonesia. Jenis jangkrik ini memiliki suara yang khas dan kualitas daging yang baik. Siklus hidupnya yang relatif cepat, sekitar 2 bulan, membuat jangkrik ini menjadi favorit banyak peternak.

Jangkrik Gudang adalah jenis jangkrik yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Jenis ini mampu bertahan hidup pada suhu yang beragam dan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Jangkrik Gudang juga dikenal memiliki suara khas yang disukai oleh pemilik burung.

Jangkrik Kalung menjadi unggulan karena memiliki keunikan dalam bentuk tubuh. Jenis jangkrik ini diberi nama Kalung karena memiliki lingkaran putih di leher yang mirip kalung. Jangkrik Kalung memiliki suara yang keras dan panjang, sehingga disukai oleh para pemilik burung kicau.

Jangkrik Madu memiliki kelebihan pada kualitas dagingnya. Daging jangkrik ini memiliki rasa yang manis dan disukai oleh berbagai jenis burung. Jangkrik ini memiliki siklus hidup yang lebih panjang dibandingkan jangkrik lainnya, yaitu sekitar 3 bulan.

Dalam memilih jangkrik unggulan untuk peternakan, Anda perlu mempertimbangkan beberapa faktor seperti kebutuhan pasar, daya adaptasi jangkrik, dan kemudahan dalam perawatannya. Dengan pemilihan jangkrik yang tepat, diharapkan usaha peternakan jangkrik Anda dapat berkembang dan menghasilkan keuntungan yang optimal.

Peluang dan Tantangan dalam Usaha Ternak Jangkrik

Ternak jangkrik, seperti bisnis lainnya, memiliki potensi besar namun tidak tanpa tantangan. Melihat kedua aspek ini dapat membantu mempersiapkan dan merencanakan strategi bisnis yang lebih efektif.

Peluang dalam usaha ternak jangkrik sangat besar. Dalam beberapa tahun terakhir, serangga, termasuk jangkrik, telah diakui sebagai sumber protein alternatif yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, baik untuk konsumsi manusia maupun pakan hewan. Demi mencapai tujuan keberlanjutan global, serangga seperti jangkrik terus dipromosikan sebagai alternatif protein yang berkelanjutan. Di samping itu, peningkatan kesadaran dan minat konsumen terhadap produk ramah lingkungan memberikan peluang untuk menumbuhkan bisnis ini.

Namun, ada juga tantangan yang harus dihadapi. Pertama, ada tantangan teknis dalam peternakan jangkrik. Misalnya, menjaga kesehatan jangkrik, mengendalikan hama dan penyakit, serta memastikan suhu dan kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan jangkrik. Selain itu, penting juga untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang siklus hidup jangkrik dan kebutuhan nutrisi mereka.

Kedua, ada tantangan dalam pemasaran dan pengenalan produk. Meskipun minat terhadap serangga sebagai sumber protein meningkat, masih ada stigma dan kurangnya pengetahuan di masyarakat tentang konsumsi serangga. Edukasi dan pemasaran yang tepat diperlukan untuk meyakinkan konsumen tentang manfaat dan keamanan produk jangkrik.

Ketiga, ada tantangan regulasi dan hukum. Regulasi tentang penggunaan serangga dalam makanan dan pakan bervariasi di berbagai negara, dan dalam beberapa kasus, regulasi tersebut masih belum jelas atau dalam proses pembaharuan. Ini bisa mempengaruhi keberlanjutan bisnis peternakan jangkrik.

Namun, dengan perencanaan yang baik, pengetahuan yang memadai, dan pendekatan yang proaktif, tantangan ini dapat diatasi dan usaha ternak jangkrik bisa menjadi usaha yang menguntungkan dan berkelanjutan.

Mengatur Suhu dan Kelembaban Kandang Jangkrik

Kenyamanan jangkrik dalam kandang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban lingkungan. Oleh karena itu, mengontrol kedua faktor ini adalah aspek penting dalam merawat jangkrik dan memastikan hasil panen yang maksimal.

Jangkrik umumnya membutuhkan suhu hangat untuk berkembang. Suhu ideal untuk kandang jangkrik berada di kisaran 26-32 derajat Celsius. Suhu di bawah atau di atas kisaran ini dapat menurunkan tingkat pertumbuhan dan mengurangi produksi telur. Pengaturan suhu dapat dilakukan dengan pencahayaan, pemanas ruangan, atau pengatur suhu otomatis.

Kelembaban juga memainkan peran penting dalam kesehatan dan perkembangan jangkrik. Kelembaban yang sangat rendah atau tinggi dapat menyebabkan dehidrasi atau over-hidrasi, yang keduanya dapat merugikan jangkrik. Kelembaban ideal untuk peternakan jangkrik adalah sekitar 50-70%. Untuk mengontrol kelembaban, peternak bisa menggunakan alat pengukur kelembaban (hygrometer) dan melakukan penyesuaian seperti menyemprotkan air atau menggunakan dehumidifier sesuai kebutuhan.

Mempertahankan suhu dan kelembaban yang tepat di kandang jangkrik tidak hanya penting untuk pertumbuhan jangkrik itu sendiri, tetapi juga untuk mencegah perkembangan hama dan penyakit. Dengan demikian, pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana mengatur suhu dan kelembaban merupakan bagian penting dari keberhasilan dalam memelihara jangkrik.

Mengapa Memilih Jangkrik sebagai Peternakan

Jangkrik, serangga yang mungkin biasa kita anggap sepele, ternyata menyimpan potensi yang besar jika dipandang dari sudut pandang peternakan. Ada beberapa alasan mengapa jangkrik menjadi pilihan yang menarik untuk dipelihara sebagai hewan ternak.

Pertama, siklus hidup jangkrik relatif singkat. Dalam waktu sekitar 6-8 minggu, jangkrik sudah bisa berkembang biak. Hal ini berarti, dalam satu tahun, bisa dilakukan beberapa kali siklus peternakan, dan tentu saja hal ini berdampak pada peningkatan produksi dan potensi keuntungan.

Kedua, jangkrik memiliki efisiensi tinggi dalam mengubah pakan menjadi protein. Dibandingkan dengan hewan ternak lainnya, jangkrik membutuhkan pakan yang jauh lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah protein yang sama. Ini tentu menghemat biaya pakan dan membuat usaha peternakan menjadi lebih efisien.

Ketiga, jangkrik merupakan hewan yang dapat dipelihara dengan modal yang relatif kecil. Tidak membutuhkan lahan yang luas dan perawatannya juga cukup mudah. Ini menjadikannya sebagai alternatif peternakan yang cocok bagi mereka yang memiliki keterbatasan lahan atau modal.

Keempat, permintaan jangkrik di pasaran cukup tinggi. Jangkrik banyak digunakan sebagai pakan burung, reptil, dan hewan peliharaan lainnya. Bahkan, jangkrik juga mulai dikenal sebagai sumber protein alternatif yang ramah lingkungan bagi manusia.

Kelima, peternakan jangkrik juga berdampak positif bagi lingkungan. Jangkrik menghasilkan gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan ternak lainnya, sehingga lebih ramah lingkungan.

Dengan berbagai alasan tersebut, tidak heran jika peternakan jangkrik kini menjadi pilihan bagi banyak orang yang ingin memulai bisnis ternak.

Memulai Usaha Ternak Jangkrik

Memulai usaha ternak jangkrik merupakan langkah bisnis yang menarik dan potensial. Siklus hidup jangkrik yang cepat dan biaya produksi yang relatif rendah menjadikannya sebagai pilihan investasi yang cukup baik. Meski begitu, seperti dalam usaha peternakan lainnya, memulai usaha ternak jangkrik memerlukan pengetahuan yang tepat dan persiapan matang.

Pertama dan yang paling penting adalah pengetahuan tentang jangkrik. Anda harus mengetahui jenis jangkrik yang akan diternakkan, siklus hidupnya, makanan, dan cara merawatnya dengan baik. Sumber pengetahuan ini bisa diperoleh dari berbagai media, seperti buku, internet, atau dengan mengikuti pelatihan ternak jangkrik.

Selanjutnya, Anda harus mempersiapkan tempat dan alat yang akan digunakan untuk memelihara jangkrik. Lokasi pemeliharaan jangkrik sebaiknya jauh dari hewan pemangsa seperti ayam atau tikus. Perlunya ventilasi yang baik dan suhu yang stabil juga perlu diperhatikan. Alat yang dibutuhkan juga cukup sederhana, seperti kotak atau kandang untuk jangkrik, tempat pakan, dan lampu penerangan.

Setelah tempat dan alat siap, Anda bisa mulai mencari bibit jangkrik. Bibit jangkrik dapat dibeli dari peternak jangkrik profesional atau bahkan bisa diperoleh dari alam bebas. Anda perlu memastikan bahwa bibit jangkrik yang dibeli adalah bibit yang sehat dan berkualitas.

Kemudian, setelah bibit jangkrik ditempatkan di tempat ternak, Anda perlu melakukan pemeliharaan rutin. Pemeliharaan ini mencakup pemberian makan, membersihkan kandang, dan memantau kesehatan jangkrik. Saat jangkrik mencapai usia panen, mereka dapat dipanen dan dijual ke pasar.

Meski memulai usaha ternak jangkrik mungkin tampak menantang, dengan pengetahuan yang tepat dan persiapan yang matang, usaha ini bisa menjadi sumber pendapatan yang menguntungkan.

Frequently Asked Questions (FAQ) tentang Ternak Jangkrik

Semoga FAQ ini dapat membantu Anda memahami lebih jauh tentang usaha ternak jangkrik dan mempertimbangkan untuk memulainya sebagai usaha yang menguntungkan dan berkelanjutan.

Mengembangkan usaha ternak jangkrik bisa menjadi pilihan bisnis yang menarik dan menguntungkan. Selain modal awal yang relatif kecil, jangkrik juga memiliki siklus hidup yang cepat dan bisa diproduksi dalam jumlah besar dengan ruang yang terbatas. Jangkrik memiliki potensi besar sebagai sumber protein alternatif dan ramah lingkungan, baik untuk konsumsi manusia maupun hewan peliharaan.

Namun, seperti halnya dengan usaha peternakan lainnya, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Mulai dari memilih jenis jangkrik yang tepat untuk diternak, mengatur kondisi kandang yang ideal, pemilihan pakan, hingga pengendalian hama dan penyakit. Mengelola peternakan jangkrik membutuhkan pengetahuan yang cukup dan keterampilan manajemen yang baik.

Selain itu, penting juga untuk memperhatikan aspek pemasaran dan bisnis. Memahami pasar dan kebutuhan konsumen, serta mengembangkan strategi pemasaran yang efektif, adalah kunci sukses dalam menjalankan usaha ternak jangkrik.

Dengan pengetahuan yang tepat dan perencanaan yang baik, usaha ternak jangkrik bisa menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Selain mendapatkan keuntungan ekonomi, usaha ternak jangkrik juga memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dan keberlanjutan pangan di masa depan. Jadi, jika Anda berpikir untuk memulai usaha peternakan, jangan ragu untuk mempertimbangkan jangkrik sebagai opsi Anda.

Seringkali kita memandang sebelah mata terhadap beberapa satwa yang terlihat seperti hama atau menjijikkan. Padahal di balik itu, terdapat segudang manfaat yang dapat diberikan olehnya. Seperti halnya jangkrik, serangga yang kerap muncul di malam hari itu memiliki manfaat yang berguna untuk mendongkrak ekonomi masyarakat. Dosen IPB University yang merupakan pakar sistem integrasi peternakan, Prof Dr Asnath M Fuah mengatakan bahwa jangkrik merupakan salah satu pangan alternatif yang baik untuk menambah nilai gizi pangan, serta kaya akan protein. Saat ini, masyarakat Indonesia lebih mengedepankan pada penggunaan jangkrik sebagai pakan unggas. Padahal dengan pemasaran yang baik, produksi pangan menggunakan tepung jangkrik akan lebih diminati. “Sebetulnya jangkrik bisa dijadikan olahan pangan. Asal pengolahannya baik dan berlabel, kita bisa membawanya ke market yang luas,” ungkapnya. Dengan demand yang tinggi untuk pakan unggas, supply jangkrik belum memenuhi, sehingga usaha budidaya jangkrik dinilai memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Terutama budidaya jangkrik jenis kliring, cendawang, dan kalung yang memiliki produktivitas yang tinggi.  Selain itu, pemeliharaannya mudah serta ramah lingkungan. Di samping untuk pakan unggas, Prof Dr Dewi Apri Astuti, dosen IPB University sekaligus pakar nutrisi ternak Fakultas Peternakan mengatakan bahwa penggunaan tepung jangkrik juga berguna bagi ternak ruminansia dengan kondisi kelahiran tertentu serta pada masa kehamilan. Saat ini, peternak lebih sering menggunakan bungkil kedelai dan tepung ikan yang masih diimpor. Padahal dengan penambahan tepung jangkrik, nilai gizinya pun tidak berbeda nyata. Hasil riset juga mengungkapkan bahwa ternak kambing, dalam masa kehamilan, setelah diberi pakan tepung jangkrik menunjukkan perbaikan nilai gizi dalam darah. Selain itu, pada kambing jantan, kualitas spermanya pun menjadi lebih baik. Namun demikian, pemberian tepung jangkrik sebagai pengganti susu maupun pakan bagi ternak hanya bersifat sementara saja. Dalam usaha budididaya jangkrik, Dr Yuni Cahya Endrawati, dosen IPB University dan pakar Satwa Harapan Fakultas Peternakan mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peternak jangkrik, yaitu kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban. Kedua hal tersebut dinilai sangat berpengaruh pada produktivitas jangkrik. “Karena tempat budidaya haruslah sama dengan habitat aslinya. Selain itu, tipe opositor pada tubuh tiap jenis jangkrik harus diperhatikan, karena akan menentukan manajemen penetasannya. Perbandingan antara beberapa jenis jangkrik yang dibudidayakan di Indonesia menunjukkan bahwa karakteristik jangkrik bimaculatus atau kalung memiliki keunggulan yang berbeda, baik dari umur hingga kandungan nutrien lebih baik. Walaupun jangkrik jenis mitratus memiliki penetasan yang lebih tinggi, karakternya yang lincah membutuhkan penanganan yang agak sulit. Jadi inilah alasan mengapa bimaculatus lebih unggul. Itu karena memang pemanfaatan diproduknya atau permintaan pasar secara karakteristik jangkriknya lebih disukai hewan lainnya sebagai pakan,” jelasnya. Sementara itu Ahmad Anwari, Ketua Kelompok Ternak Jangkrik Perwira Bekasi saat ditanya alasannya menggeluti bisnis budidaya jangkrik, ia mengaku bahwa budidaya jangkrik, selain menguntungkan juga tidak memerlukan halaman yang luas untuk budidayanya. "Pakan pendamping pun sangat mudah didapatkan seperti daun pisang maupun rerumputan yang berkadar air tinggi, " ungkapnya. (ipb.ac.id)

Dompu (EDITOR News ) – Ketersediaan pakan hijauan berupa rumput sebagai pakan utama dalam penggemukan kambing atau domba sangat bergantung kepada musim. Ketika musim hujan, rumput mudah diperoleh. Sebaliknya, pada saat musim kemarau, rumput lebih sulit dijumpai.

Namun kendala tersebut dapat teratasi berkat teknologi pengolahan pakan yang dilakukan oleh Balai Penelitian Ternak di Ciawi, Bogor Jawa Barat. Teknologi itu, memakai tongkol jagung sebagai bahan baku utama.

Hal ini, diungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakwan) Kabupaten Dompu, Ir. Zainal Arifin M.Si, Kamis (24/3/22). “Selama ini tongkol jagung merupakan limbah dari pengolahan jagung pipilan sebagai pakan ternak. Tongkol jagung mempunyai kadar protein rendah sebesar 2,94 persen, 5,2 persen lignin, 30 persen selulosa dengan tingkat kecernaan 40 Persen,” ungkapnya.

Kata Zainal, teknologi pengolahan pakan memakai tongkol jagung, itu dapat dilakukan dengan 2 cara yakni silase tongkol jagung dan amoniasi tongkol jagung.

Pada silase, tongkol jagung dengan sumber karbohidrat terlarut seperti jagung giling dan dikombinasi dengan pakan konsentrat sebanyak 350 gram per-ekor/per-hari. Misalnya, dapat menambah bobot harian domba sebesar 104 gram per-ekor/per-hari. Silase tongkol jagung, dibuat dengan cara menggiling tongkol jagung hingga halus, lantas mencampurnya dengan sumber karbohidrat terlarut.

Beberapa sumber karbohidrat terlarut yang biasa dipakai dalam pembuatan silase antara lain molases atau tetes tebu dan dedak. Tongkol jagung, mempunyai kandungan dinding sel yang tinggi diatas 75 persen, sehingga kandungan isi sel termasuk karbohidrat terlarutnya rendah.

Pada pembuatan silase, perlu penambahan sumber karbohidrat yakni dedak dan jagung giling sebanyak 2 persen dari bahan kering. Campuran tersebut, diberi molases alias tetes tebu dan dibasahi dengan air hingga diperoleh kelembapan 30-40 persen.

“Masukkan campuran itu ke dalam kantong plastik besar dan tutup rapat untuk proses fermentasi selama 21 hari. Setelah itu pakan tongkol jagung siap dipakai,” paparnya.

Lanjut Zainal, amoniasi tongkol jagung, salah satu teknik kimia dalam membuat pakan adalah amoniasi, yakni menambahkan urea dan air pada bahan yang diamoniasi, secara biologi adalah fermentasi. Gabungan kedua perlakuan itu, disebut sebagai amofer amoniasi berfungsi memutuskan ikatan antara selulosa dan lignin, serta membuat ikatan serat menjadi longgar.

Sedangkan, fermentasi membuat enzim selulosa dari berbagai mikroba selulolitik dapat melakukan penetrasi dengan lebih mudah dalam bahan pakan berserat itu. Imbasnya, adalah serat kasar turun sehingga meningkatkan kecernaan.

Kegiatan pembuatan silase dilaksanakan pada 25 Juli 2023 di Balai Desa Bangsri, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini sebagai solusi dalam mengatasi sulitnya mendapatkan pakan konsentrat dan harganya yang cenderung relatif mahal. Selain itu, tujuan lain dari kegiatan ini adalah untuk memanfaatkan limbah bonggol jagung yang tidak terpakai agar menjadi pakan ternak alternatif yang memiliki nilai ekonomis. Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi mengenai manfaat bonggol jagung dan potensinya untuk dapatdijadikan sebagai pakan ternak alternatif yang berkualitas. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan pakan ternak alternatif yang dilakukan secara langsung bersama peserta. Formulasi bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan ternak alternatif sebanyak 10 kg adalah bonggol jagung 70%, dedak 30%, EM4 100 ml, molasses 100 ml, dan air 4 liter dengan melalui proses fermentasi anaerob selama 21 hari. Berdasarkan hasil fermentasi, pakan ternak alternatif yang dibuat memiliki warna coklat terang, tidak berair, dan berbau asam, serta terdapat jamur di bagian permukaan atas. Pakan ternak alternatif dengan bahan dasar bonggol jagung yang baik akan berwarna coklat terang atau kekuningan dan memiliki aroma yang asam, serta tidak terdapat jamur. Sehingga, pakan alternatif yang dibuat masih digolongkan kurang baik karena terdapat jamur yang diakibatkan oleh adanya udara di dalam kemasan fermentasi.

Dompu, Topikbidom.com - Ketersediaan pakan hijauan berupa rumput sebagai pakan utama dalam penggemukan kambing atau domba sangat bergantung kepada musim. Ketika musim hujan, rumput mudah diperoleh. Sebaliknya, pada saat musim kemarau, rumput lebih sulit dijumpai.

Namun kendala tersebut dapat teratasi berkat teknologi pengolahan pakan yang dilakukan oleh Balai Penelitian Ternak di Ciawi, Bogor Jawa Barat. Teknologi itu, memakai tongkol jagung sebagai bahan baku utama.

Hal ini, diungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakwan) Kabupaten Dompu, Ir. Zainal Arifin M.Si. "Selama ini tongkol jagung merupakan limbah dari pengolahan jagung pipilan sebagai pakan ternak. Tongkol jagung mempunyai kadar protein rendah sebesar 2,94 persen, 5,2 persen lignin, 30 persen selulosa dengan tingkat kecernaan 40 Persen," ungkapnya.

Kata Zainal, teknologi pengolahan pakan memakai tongkol jagung, itu dapat dilakukan dengan 2 cara yakni silase tongkol jagung dan amoniasi tongkol jagung.

Pada silase, tongkol jagung dengan sumber karbohidrat terlarut seperti jagung giling dan dikombinasi dengan pakan konsentrat sebanyak 350 gram per-ekor/per-hari. Misalnya, dapat menambah bobot harian domba sebesar 104 gram per-ekor/per-hari. Silase tongkol jagung, dibuat dengan cara menggiling tongkol jagung hingga halus, lantas mencampurnya dengan sumber karbohidrat terlarut.

Beberapa sumber karbohidrat terlarut yang biasa dipakai dalam pembuatan silase antara lain molases atau tetes tebu dan dedak. Tongkol jagung, mempunyai kandungan dinding sel yang tinggi diatas 75 persen, sehingga kandungan isi sel termasuk karbohidrat terlarutnya rendah.

Pada pembuatan silase, perlu penambahan sumber karbohidrat yakni dedak dan jagung giling sebanyak 2 persen dari bahan kering. Campuran tersebut, diberi molases alias tetes tebu dan dibasahi dengan air hingga diperoleh kelembapan 30-40 persen.

"Masukkan campuran itu ke dalam kantong plastik besar dan tutup rapat untuk proses fermentasi selama 21 hari. Setelah itu pakan tongkol jagung siap dipakai," paparnya.

Lanjut Zainal, amoniasi tongkol jagung, salah satu teknik kimia dalam membuat pakan adalah amoniasi, yakni menambahkan urea dan air pada bahan yang diamoniasi, secara biologi adalah fermentasi. Gabungan kedua perlakuan itu, disebut sebagai amofer amoniasi berfungsi memutuskan ikatan antara selulosa dan lignin, serta membuat ikatan serat menjadi longgar.

Sedangkan, fermentasi membuat enzim selulosa dari berbagai mikroba selulolitik dapat melakukan penetrasi dengan lebih mudah dalam bahan pakan berserat itu. Imbasnya, adalah serat kasar turun sehingga meningkatkan kecernaan.

"Amoniasi tongkol jagung, dilakukan dengan menggiling tongkol jagung hingga halus dan mencampurnya dengan pupuk Urea sebanyak 3 persen yang telah dilarutkan dalam air. Bahan campuran itu, ditaruh dalam kantong plastik selama 21 hari untuk fermentasi. Setelah itu pakan siap dipakai," jelasnya.

Zainal menyebut, berdasarkan riset Dewi Hastuti dan kawan dari Fakultas Pertanian UNWAHAS terungkap bahwa perlakuan perbedaan lama waktu pemeraman pada fermentasi selama 1, 2, 3 dan 4 Minggu memberi pengaruh signifikan terhadap kadar protein kasar dan serat kasar.

"Lama pemeraman alias fermentasi selama 2 minggu memberikan hasil terbaik kadar protein tertinggi 34,20 persen dan serat kasar rendah 24 persen," tandasnya. RUL

Memanfaatkan Sampah Organik sebagai Alternatif Pakan Ternak

Dwi Rahayu Ambarwati,[email protected], Dinkes_klaten

Sampah organik merupakan bahan sisa atau limbah yang berasal dari bahan alami yang dapat terurai seperti daun kering, sayur-sayuran atau buah-buahan yang sudah layu, tanaman, hewan dan sebagainya. Tanpa adanya penangulangan yang baik, sampah semakin lama akan semakin menumpuk dan akan berakibat serius untuk lingkungan serta kesehatan keluarga dan masyarakat. Salah satu cara mengatasi penumpukan sampah organik yang terus bertambah yaitu dengan memanfaatkan media budidaya ulat/maggot lalatBSF (Black Soldier Fly) sebagai alternatif pembuatan pakan ternak.(Alizahatie, 2019)

Maggot merupakan organisme yang berasal dari telur lalat BSF (Black Soldier Fly) yang menjadi salah satu agen biokonversi atau pengurai untuk menciptakan tepung BSF. Kandungan nutrisi pada maggot sangat menjanjikan dan terbukti memiliki kandungan nutrisi yang mirip dengan pakan ikan. Maggot menjadi salah satu alternative pakan yang mengandung protein hewani tinggi kisaran 30-45%.(Azir et al., 2017)

Tujuan pembuatan pakan ternak dari maggot lalat BSF dengan menggunakan sampah organik rumah tangga yaitu dapat meringankan para peternak untuk meningkatkan kualitas hewan ternak dengan biaya yang lebih terjangkau. Selain itu budidaya maggot ini memiliki tujuan lain yaitu memberikan tambahan penghasilan dari sampah organik yang dimiliki serta dapat mengurangi volume sampah yang mencemari lingkungan.(Kementrian Pertanian, 2016)

Langkah-langkah budidaya maggot dari sampah organik:

Proses budidaya maggot:

Pengolahan maggot dari sampah organik memberikan dampak positif dalam mengurangi tumpukan sampah rumah tangga, menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan dari segi pemanfaatan sampah tersebut. Dan juga dapat meningkatkan penghasilan karena memiliki nilai jual yang tinggi di pasaran, serta dihasilkan pupuk organik sisa media tumbuh maggot lalat BSF.

Alizahatie, H. (2019). Budidaya Black Soldier Fly Dengan Memanfaatkan Limbah Rumah Tangga Sebagai Alternatif Pakan Ikan Air Tawar Dan Unggas. Litbang Pertanian Kota Blitar, 1(1), 1–30.

Azir, A., Harris, H., & Haris, R. B. K. (2017). Produksi dan Kandungan Nutrisi Maggot (Chrysomya Megacephala) Menggunakan Komposisi Media Kultur Berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan Dan Budidaya Perairan, 12(1), 34–40.

Budiyanto, A., Purnomo, C. W., Sarastuti, D., Alchusnah, R. H., Yusmiyati, & Noviyani, P. (2019). Pengolahan Sampah Organik Dengan Black Soldier Fly (BSF). In Buku Saku Pengabdian Masyarakat RSA UGM dan PIAT UGM (Vol. 1).

Kementrian Pertanian. (2016). Lalat Tentara Hitam Agen Biokonversi Sampah Organik Berprotein Tinggi. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. https://www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/2557

Perawatan dan Manajemen Jangkrik

Dalam bisnis peternakan jangkrik, perawatan dan manajemen yang tepat menjadi penentu utama keberhasilan usaha. Perawatan jangkrik mencakup berbagai aspek, mulai dari pemberian makan, pengaturan suhu dan kelembapan, hingga penanganan hama dan penyakit.

Pemberian makanan harus dilakukan secara rutin dengan porsi yang cukup. Pakan jangkrik bisa berasal dari sumber protein hewani dan nabati, serat, serta vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung pertumbuhannya. Pemilihan pakan harus disesuaikan dengan jenis jangkrik dan tahapan hidupnya.

Pengaturan suhu dan kelembapan sangat penting dalam peternakan jangkrik. Suhu yang ideal untuk jangkrik adalah antara 26-32 derajat Celsius, sementara tingkat kelembapan yang baik berkisar antara 50-70%. Penyimpangan dari kondisi ini bisa berdampak pada tingkat kelangsungan hidup dan produktivitas jangkrik.

Hama dan penyakit adalah tantangan lain dalam peternakan jangkrik. Penting bagi peternak untuk memahami gejala umum penyakit pada jangkrik dan cara penanganannya. Selain itu, langkah-langkah pencegahan seperti sanitasi kandang dan karantina jangkrik baru juga bisa membantu mencegah penyebaran hama dan penyakit.

Manajemen peternakan jangkrik tidak hanya seputar perawatan harian, tetapi juga melibatkan perencanaan jangka panjang, termasuk peningkatan genetik, perluasan peternakan, dan pemasaran produk. Dengan manajemen yang baik, peternakan jangkrik dapat menjadi bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan.